Translate

Written By Solihin, MCH. on Friday, August 17, 2012 | 8/17/2012

PERKEMBANGAN NU DI DESA GANDAMEKAR
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ke-NU-an 1
Dosen Pembimbing : Drs. HM. John Dien Th, SH.M.Pd

Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa    : S O L I H I N
NIM                 : 70910061
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NAHDLATUL ‘ULAMA
PURWAKARTA
2011



KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirahim
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ke-NU-an 1 yang berjudul Perkembangan NU di Desa Gandamekar ini tepat waktunya. Shalawat dan shalam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang membawa umatnya dari yang gelap gulita ke arah alam yang sangat terang benderang, juga kepada keluarga, sahabat, serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini penyusun merasa sangat bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang telah diberikan-Nya, sehingga pada kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Walaupun banyak sekali kekurangan yang berada dalam makalah ini namun penulis berusaha dengan segenap kemampuan untuk memberikan kesan yang sangat berguna sehingga makalah yang kami susun ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan sehingga perlu adanya penjelasan lebih lanjut guna memberikan penjelasan yang lebih kompleks dengan apa yang memang perlu dijelaskan. Hal ini memang perlu dilakukan demi memberikan pemahaman yang lebih komfrehensif. Penyusun mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang.
Wallahul Muwafiq Illa Aqwamith Thareqh
Plered, 22 Januari 2011
Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN


Nahdlatul ulama atau yang disingkat NU ini dikenal oleh masyarakat merupakan organisasi keagamaan yang khususnya agama islam merupakan organisasi yang rahmatalil alamin serta dianggap sebagai pedoman bagi semua masyarakat Indonesia pada umumnya khususnya di desa gandamekar, namun didesa gandamekar NU merupakan organisasi secara cultural, kenapa demikian karena semua amaliah dan cara peribadahan masyarakat gandamekar hampir semuanya berpaegang teguh pada paham ahlusunah wal jamaah namun permasalahannya mereka tidak tahu mengenaiapa itu NU yang sebenarnya sehingga keyakinan mereka dapat berubah apabila ada golongan lain yang menghampiri masyarakat gandamekar,
namun demikian semuanya dapat diatasi karena desa gandamekar mulai terbentuk kepengurusa ranting hasil dari konfercab NU di cikeris, sehingga oleh pengurus masyarakat dapat dipantau dan dapat diberi pemahaman Ahlussunah Waljamaah yang di motori NU, karena kenapa Bayak paham yang menggemborkan ahlusunah tetapi amaliah nya menjauhi ahlussunah yang di motori oleh NU itu sendiri sehingga perlu kerja ekstra kepengurusan NU didesa gandamekar itu supaya mendoktrin masyarakatnya supaya kembali menjalankan faham ahlussunah wal jamaah yang sebenarnya serta istiqomah kepada ajaran yang dahulu para orang tua kita membentuknya.
Di makalah ini akan di bahas tuntas permasalahan Nu di desa gandamekar yaitu lingkungan saya sendiri tentang perkembangan NU di desa gandamekar serta amaliahnya sehari-hari tentang warga NU di desa gandamekar.


BAB II
NAHDLATUL ULAMA DAN PERANGKAT ORGANISASI NU

  1. I.              Latar Belakang Lahirnya Nahdlatul Ulama
 Nahdlatul Ulama berdiri di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 yang dipelopori oleh K.H. Hasyim Asyari bersama dengan ulama-ulama lain yang berpaham Ahlusunnah Waljama’ah. NU merupakan muara dari berbagai kegiatan yang sebelumnya telah dilakukan oleh para pendiri Jam’iyah ini dan upaya pelembagaan tradisi keagamaan yang telah lama mengakar dikalangan umat Islam Indonesia.
Jauh sebelum lahir sebagai organisasi, NU telah ada dalam bentuk Jama’ah yang diikat oleh kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang mempunyai ciri Aswaja. Sehingga munculnya NU sebagai organisasi merupakan penegasan formal dari apa yang sebenarnya sudah ada sebelumnya. Pendirian organisasi NU tidak lepas dari adanya kekhawatiran akan hilangnya tradisi dan ajaran Islam yang telah kuat mengakar di tengah masyarakat muslim Indonesia, sebagai akibat dari munculnya gerakan yang mengatasnamakan dirinya sebagai gerakan pemurnian dan pembaharuan Islam.
Masuknya paham-paham tersebut ke Indonesia bermula ketika umat Islam Indonesia mulai banyak yang menunaikan ibadah haji ke tanah suci sejak dibukanya terusan Suez tahun 1869. Bersama dengan itu, di Timur Tengah sedang berkembang paham Wahabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab dan pemikiran Pan Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin Al Afghani yang dilanjutkan oleh Muhammad Abduh. Peristiwa itu tidak bias dihindari oleh para jama’ah haji Indonesia, akhirnya mereka kenal dengan paham dan pemikiran tersebut, akibatnya sebagian dari mereka kemudian terpengaruh. Namun demikian tidak semua kalangan menerima paham pemurnian dan pembaharuan Islam secara bulat-bulat. Sekelompok ulama pesantren yang pernah juga menunaikan ibadah haji berpendapat bahwa penegakan ajaran Islam secara murni tidak berarti harus ada perombakan secara total terhadap adat istiadat atau tradisi umat Islam Indonesia yang sudah terbangun kokoh. Paham baru tersebut bisa saja diselaraskan secara luwes dan fleksibel dengan nilai, tradisi dan ajaran Islam yang telah ada dikalangan masyarakat.
Para ulama mengamati upaya pemurnian dan pembaharuan ajaran Islam itu dengan penuh waspada, bahkan kadang muncul kecemasan diantara mereka, sebab tidak mustahil jika hal itu dilakukan secara frontal dan radikal akan mengguncang masyarakat. Terlebih lagi ternyata upaya itu mulai mengarah pada pendobrakan tradisi keilmuan yang selama ini yang dianut oleh para ulama pesantren. Perkembangan inilah yang dinilai sebagai ancaman terhadap kelestrian paham Ahlusunnah Waljama’ah yang dianut oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Oleh karena itu, mereka berupaya membendung derasnya arus gerakan tersebut dengan mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama. Disamping alasan keagamaan, pembentukan NU juga tidak lepas dari alasan politis, yakni pemupukan semangat nasionalisme di tengah bangsa yang sedang ditekan oleh kaum penjajah Belanda. Sejarah membuktikan bahwa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda tidak hanya mambawa dampak yang bersifat politis tetapi juga kegamaan. Oleh karena itu muncul perlawanan yang dipimpin oleh para ulama seperti munculnya pangeran Diponegoro yang berperang melawan penjajah Hindia Belanda pada tahun 1925-1930, Tuanku Imam Bonjol yang menggelorakan perang Paderi pada tahun 1821-1837 dan masih banyak lagi gerakan yang muncul dari kalangan ulama. Ketika pola perlawanan terhadap penjajah Hindia Belanda pada abad XX bergeser dari perjuangan lokal menjadi pergerakan nasional, para ulama tidak mau ketinggalan. Sepuluh tahun sebelum NU berdiri, KH. Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air), suatu gerakan yang berusaha menumbuhkan rasa nasionalisme melalui pendidikan. Organisasi ini merupakan bentuk nyata dari forum diskusi Taswirul Afkar (Konsepsi Pendidikan) yang sebenarnya merupakan upaya untuk mengantisipasi perkembangan paham pemurnian dan pembaruan Islam yang bisa membahayakan keberadaan paham Ahlusunnah Waljama’ah. Dalam perkembangannya Nahdlatul Wathan menjelma menjadi dapur pemikir lahirnya NU (Zubaidi dkk. 2003: 2). Berdirinya NU di Kudus dapat dikatakan bersamaan dengan berdirinya NU ditingkat nasional pada tahun 1926. hal ini tidak lepas dari peranan salah satu tokoh pendiri NU ditingkat nasional yang berasal dari Kudus yaitu K.H Raden Asnawi.

  1. II.            Perangkat Organisasi NU
Perangkat organisasi NU terdiri dari:
A. Lembaga
Lembaga adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu.
Lembaga dalam organisasi NU ada 14, yaitu:
  1. Lembaga Dakwah NU disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlusunnah Waljama’ah.
  2. Lembaga Pendidikan Ma’arif NU disingkat LP. Ma’arif NU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pendidikan dan pengajaran formal.
  3. Rabithah Ma’ahid al Islamiyah disingkat RMI, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan pondok pesantren.
  4. Lembaga Perekonomian NU disingkat LPNU bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan ekonomi warga NU.
  5. Lembaga Pengembangan Pertanian NU disingkat LP2NU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi kalautan.
  6. Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU disingkat LKKNU, bertugas melaksanakan kebijkan NU dibidang kesejahteraan keluarga, social dan kependudukan.
  7. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia disingkat LAKPESDAM, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengkajian dan pengembangan sumberdaya manusia.
  8. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum disingkat LPBHNU, bertugas melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan hukum.
  9. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia disingkat LESBUMI, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan seni budaya.
10. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU disingkat LAZISNU, bertugas menghimpun, mengelola dan membagikan zakat, infaq dan shadaqah.
11. Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU disingkat LWPNU, bertugas mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta harta benda wakaf lainnya milik NU.
12. Lembaga Bahzul Masail disingkat LBM, bertugas membahas dan memecahkan masalah-masalah yang tematik dan aktual yang memerlukan kepastian hukum.
13. Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia disingkat LTMI, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan dan pemberdayaan Masjid.
14. Lembaga Pelayanan Kesehatan NU disingkat LPKNU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang kesehatan.
B.  Lajnah
Lajnah adalah perangkat organisasi NU untuk melaksanakan program NU yang memerlukan penanganan khusus. Lajnah dalam NU terdiri dari:
  1. Lajnah Falakiyah, bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah serta pengembangan ilmu falak.
  2. Lajnah Ta’lif Wan Nasyr, bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab atau buku serta media iformasi menurut faham Ahlusunnah Waljama’ah.
c. Badan Otonom.
Badan otonom NU adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi melaksanakan kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Dalam organisasi NU terdiri dari 10 badan otonom:
  1. Jam’iyah Ahli Thariqoh Al Mu’tabaroh An Bahdliyyah, adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pengikut tharekat yang Mu’tabaroh dilingkungan NU serta membina dan mengembangkan seni hadrah.
  2. Jam’iyyah Qurra wal Huffazh adalah badan otonom yang berfungsi melaksanakan kebijakan NU pada kelompok Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah di lingkungan NU.
  3. Muslimat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada anggota perempuan NU.
  4. Fatayat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada anggota perempuan muda NU.
  5. Gerakan Pemuda Ansor disingkat GP Ansor adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada anggota pemuda NU.
  6. Ikatan Pelajar NU disingkat IPNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pelajar laki-laki dan santri laki-laki.
  7. Ikatan Pelajar Putri NU disingkat IPPNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pelajar perempuan dan santri perempuan.
  8. Ikatan Sarjana NU disingkat ISNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada kelompok sarjana dan kaum intelektual dikalangan NU.
  9. Sarikat Buruh Muslim Indonesia disingkat SARBUMUSI adalah badan otonom yang berfungsi melaksanakan kebijakan NU dibidang kesejahteraan dan pengembangan ketenagakerjaan.
10. Pagar Nusa adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pengembangan seni bela diri.


BAB III
NAHDLATUL ULAMA DI DESA GANDAMEKAR DAN PERKEMBANGANNYA


      I.        Pandangan masyarakat desa gandamekar tentang NU
Masyarakat desa pada umumnya hampir 100 % berfaham ahlussunah wal jama’ah ( Aswaja ) karena mereka yakin satu-satunya organisasi keagamaan yang mereka anggap akan membawa keselamatan dunia dan akhirat yaitu yang berfaham aswaja yang dimotori Nahdlatul ulama ( NU ), namun demikian masyarakat desa tidak mengetahui secara keseluruhan apa itu NU yang sebenarnya, dan mereka mengetahui NU dari ketururunannya atau secara cultural, namun secara amaliah dan peribadahan justru mereka mengunakan NU secara baik dan benar, akan tetapi kelemahannya apabila ada golongan lain yang masuk kepada mereka tetapi ke NUan nya lemah mereka seringkali mengikuti ajaran tersebut, berbeda dengan yang ke NUanya kental dari keturunannya mereka sangat tidak mudah terpengaruh oleh ajaran yang baru, untuk itu di desa gandamekar perlu adanya perhatian khusus dari NU structural untuk memberikan pemahaman apa itu NU yang sebenarnya supaya mereka lebih bagus dalam menghadapi tantangan jaman yang kian hari kian banyak godaannya.
Dengan diberi pengertian dan arahan secara dasar melalui rutinan dan pada hari besar islam, maka insya alloh masyarakat akan paham tentang NU yang sebenarnya, di desa gandamekar terbagi dalam 4 kampung yaitu kampung ciserang yaitu inti dari pusat desa, karena kantor kepala desanya ada di kampung ciserang yang berbatasan dengan desa cibogogirang, berikutnya yaitu kampung babakan sawah wetan yaitu babakan sawah yang disebut dareah masjid al-mirak, selanjutnya babakan sawah tengah yang terkenal dengan kampong gujrud, yang terakhir yaitu kampong saya sendiri yaitu kampong babakan sawah kulon yang disebut kampong babakan sawah pusat.
Namun demikian dikampung babakan sawah pusat ini ada 2 pengajian anak-anak mulai dari MI, SD, MTs, SMP,MA, Dan SMK, Yaitu pengajian disebelah selatan majlis taklim Raudatissholihah, dan di sebelah barat yaitu majlis ta’lim Miftahussa’adah, dahulunya ada banyak yang membuka pengajian namun dari tahun ke tahun mulai berkurang santrinya sehingga berkat ke tidak sabaran sang Ustad pengajian itu pun bubar, mudah-mudahan pengajian yang 2 ini bertahan hingga akhir jaman dan terus menyebarkan paham ahlussunah wal jam’aah, tidak diragukan lagi pimpinan majlis ta’lim raudatussholehah AL-Ustad Nana, S.Ag ini adalah alumni pondok pesantren di bandung dan lulusan Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Sunan Gunung Djati Sekarang UIN, dan yang satunya lagi yaitu ustd Iing Solihin alumni pondok pesantren Salafussholeh Purwakarta dan sekarang belajar di STAI-NU Purwakarta, dan mengajar di MTs. Ma’arif 1 Plered di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU ( LP.MA’ARIF NU ) PC. Purwakarta.
Notabenya dari NU maka yang diajarkan atau yang diterapkan pengajaran kepada santri yang sebagai generasi masa depan tiada lain yaitu Ahlussunah Wal Jama’ah dan Ke-NU-an, mudah-mudahan NU di lingkungan gandamekar dapat berkembang dan semakin kuat tidak ada hambatan atau tekanan dari pihak luar, bila mana ada pihak luar menyebarkan ajaran keagamaan luar dari NU kami sebagai Guru Ngaji yang bergabung Dengan FSGN ( Forum Silatirahmi Guru Ngaji ) akan mengusir orang yang menyebarkan agama atau paham selain NU.

    II.        Organisasi
Karena NU Keberadaanya sangat penting sekali untuk menjaga dan untuk mengidupkan aswaja maka desa gandamekar perlu adanya kepengurusan yang bagus, perwakilan dari desa gandamekar dalam konfercab ke VII dicikeris  kec. Bojong maka NU di desa ganda mekar mempuyai NU secara Setruktural, dan NU secara setruktural mulai mengetahui NU Setruktural dari mulai kepengurusan Cabang ( PC.) dan kepengurusan MWC ( Majlis Wakil Cabang ) serta kepengurusan desanya di sebur pengurus Ranting.

II.1  Kepengurusan Cabang ( PCNU ) Purwakarta
Hasil konfercab di cikeris dapat disimpulkan pengurus cabang yaitu KH. Adang Badrudin sebagai Rois Suriyah serta KH. John Dien, Th, SH,M.Pd dan ketua PCNU kabupaten Purwakarta Yaitu Drs. H.Natsir Sa’ady yang dahulu ketua Kandepag Purwakarta.

II.2 Kepengurusan Majlis Wakil Cabang ( MWC ) Plered
Yang saya ketahui pengurus MWC Kec. Plered yang alamat kantornya di Gg. Coklat Warung Kandang Plered, Ketua MWC sekarang Yaitu H. Dadang Zaenal Muttaqien, S.Ag, yang kepala KUA Kec. Tegalwaru serta sebagai Pengurus LP. Ma’arif NU PC.Purwakarta, dan mempunyai Lembaga pendidikan di daerah plered yang tujuannya untuk memghidupkan Aswaja dan Ke-NU-an beliau mendirikan Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Ma’arif 1 Plered sekaligus sebagai kepala Madrasahnya, sekertarisnya Asep Saepuloh, S.Ag,M.Si

II.3 Kepengurusan Ranting Desa Gandamekar
Pengurus ranting NU desa gandamekar merupakan suatu tokoh di desa gandamekar yang sangat religius beliau lahir di Kp. Rawa Gede Desa Rawasari Kec.Plered Putra H. Ali Nawawi Bin KH. Dumyati Bin KH. Fattah beliau bernama H. Syariful Kudus beliau merupakan NU Tulen karna dari keturunan yang sangat faham tentang NU itu sendiri sehingga beliau berani membela dan mewakafkan dirinya untuk NU, Beliau sempat menjadi Anggota BPD ( Badan permusywatan Desa ).
Kepengurusan NU didesa mulai dibentuk sejak tahun 2004 secar setruktural atas mandat dari pengurus Majlis Cabang ( MWC ) Kec. Plered, pengurus NU didesa gandamekar sering kali memberikan ijin ( Rekomendasi ) untuk pembangunan masjid serta perayaan hari besar Islam diantaranya maulid nabi Bersar Muhammad SAW, isra mi’raj Bersar Muhammad SAW, tahun baru Hijriyah, dll.

   III.        Perkembangan NU Didesa Gandamekar
NU didesa gandamekar sekarang ini sudah dikatagorikan sudah berkembang dalam segi Setrukturalnya namun belum mempunyai banom pengurus ranting diantaranya GP. Ansor dan IPNU, IPPNU mudah mudah-mudahan untuk kedepannya NU di desa gandamekar pemudanya mulai mengenal GP. Ansor serta IPNU,IPPNU supanya sejak dini anak-anak di desa gandamekar sudah paham apa itu NU dan di NU Itu mempunyai banom, sehingga hidup mereka mulai mempunyai arah dan pembinaan.
Dengan demikian WARGA masyarakat dapat mengamalkan aswaja, cara perpikirnya berpikir aswaja, pandangan politiknya berpandangan aswaja, serta sikap masyarakatnya kuat pada aswaja dan menjalankan dan tidak dapat terpengaruh oleh ajaran baru yang tujuannya untuk membumi hanguskan aswaja.

III.1 Sikap kemasyarakatan Warga NU Desa
Sikap masyarakat warga NU terhadap NU sangat antusias dan mereka bangga dengan dirinya karena dari mulai lahir serta dewasa berada dalam zona NU, dan mereka berkeyakinan dengan mereka NU akan membawanya selamat di dunia dan akhirat, masyarakat NU didesa gandamekar mulai tahu apa itu NU yang sebenarnya dan mereka dapatkan dari pengajian rutinan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu serta anak-anak mendapatkan penjelasan NU dari pendidikan Formal berbasis aswajayang berada di sebelah timur desa yaitu MTs. Ma’arif 1 Plered dan MI. yang kepala sekolahnya merangkap mengajar di MTs Ma’arif itu sendiri sehingga dapat memberikan pemahaman kepada anak-anak desa gandamekar supaya tidak ada alasan untuk tidak mengetahui, menjalankan faham ahlussunah wal jama’ah yang dimotori oleh NU itu sendiri.

III.2 Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa
Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa meliputi Ukhuwah islamiyah mereka, sikap politik warga nu desa, dan pengamalan Aswaja oleh masyarakat desa gandamekar, sehingga dengan demikian NU di desa gandamekar berkembang dan dapat kemajuan yang signifikan.

III.2.1 Ukhuwah
Ukhuwah islamiyah didesa gandamekar sangat terasa diantaranya bergotong royong dalam segala hal baik dalam kegiatan peribadi contohya warga masyarakat satu akan  mengadakan suatu syukuran maka masyarakat yang lain membantu supaya terselengaranya dan suksesnya kegiatan tersebut ataupun dalam kegiatan umum contohnya pembangunan sarana peribadahan, kegiatan Hari besar islam mereka sangat antusias belum pernah ketinggalan dalam masalah fastabiqul khairat.
Sering sekali mengadakan rutinan sehingga tali persaudaraan sesama tetangga sangat terjaga, setiap sore apalagi bulan suci ramadhan acara ngabuburit di rumah warga sampai dengan buka bersama itu terjadi.

III.2.2 Pandangan Politik
Pandangan politik wargan NU desa gandamekar tidak sama ratanya atau tidak kompak yang mereka pikirkan asal partai tersebut islam apalagi islammnya berfaham Ahlussunah wal jamaa’ah maka mereka akan memilihnya, hasil pemilihan umum tahun 2009 sebagian besar warga NU desa gandamekar memilih partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) Serta Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) karena mereka mengganggap partai tersebutlah yang mempunyai faham sawaja dank ke NU-an apalagi kalau sekarang masih ada partai NU maka mereka warga NU akan memilihnya.

III.2.3 Pengamalan Aswaja
Warga NU masyarakat Desa Gandamekar hampirsemua kampung melaksanakan aswajanya baik dalam cara peribadahannya, sikapnya ( Tingkah lakunya ) diataranya dari mulai dalam kandungan ibu sebelum lahir bayi sering diadakan syukuran bulanannya sampai bayi itu lahir mereka mengadakan syukuran dengan merhabaan, pada peribadahan nya solat mereka cendung melaksanakan apa yang harus dilaksanakan sebagai warga NU diantaranya kalu solat subuh itu memakai kunut serta pada setiap solat pardu mereka tidak langsung pulang melainkan wiridan sampai selesai, mereka pun tidak mau ketinggalan apabila sudah datangnya perayaan maulid nabi besar Muhammad SAW Dan isra Mi’raj nabi besar Muhammad SAW mereka selalu memeriahkannya, baik dari kalangan pemuda sampai dengan orang tua atau bahkan sampaui anak-anak sekalipun, disetiap masjid, tempat pengajian dan pemuda desa gandamekar.
Pada hari jum’at sebelum masyarakat bagi kaum laki-laki selalu mengadakan jumsih ( jum’at bersih-bersih) diataranya membersihkan jalan, makam, serta tempat ibadah, pada pelaksanaan jum’atan warga NU desa gandamekar melakukan peribadahan sesuai yang diajarkan faham ahlussunah wal jama’ah, dan setelah selesai jumatan tidak dulu pulang melainkan wiridan sampai pembacaan ila hilas, dan setelah pulang kerumahnya mereka mengadakan ziarah kubur pada makam-makam keluarganya yang telah meninggal mendahului mereka.


BAB IV
PENUTUP


A. Simpulan
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang didirikan di Surabaya oleh para tokoh yang berhaluan Ahlusunnah Waljama’ah, diantara para pendirinya adalah K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan K.H.R. Asnawi dari Kudus yang merupakan tokoh pendiri NU di Kudus. Penyebaran Ahlusunnah Waljama’ah bertujuan untuk mengembangkan perjuangan dalam peningkatan ibadah, pendidikan, ekonomi, sosial , NU di Purwakarta sudah terbentuk bahkan sudah mempunyai kepengurusan MWC di tingkat kecamatan dan bahkan sebagian pengurus ranting sudah ada termasuk kepengurusan di Desa Gandamekar tempat saya bertempat tinggal apalagi terbentuknya FSGN semakin menguatkan dan memperkokoh pemahaman masyarakat desa tentang aswaja dan Ke-NU-an, di desa gandamekar masyarakatnya sudah mengenal NU tapi secara cultural akan tetapi dari tahun ketahun mengalami kemajuan ditambah dengan ustad yang ada di desa tersebut notabenya dari NU dan bahkan mengenyam pendidikanya di STAI-NU Purwakarta sehingga warga desa ganda mekar akan tahu makna NU yang sebenarnya dan dan pengamalan Aswaja di desa gandamekar tersebut.
Selamat datang di Official Website Solihin, untuk kritik dan saran disampaikan melalui email : solihinkmd@gmail.com, Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga bermanfaat untuk semua...!!!