PERKEMBANGAN NU DI DESA GANDAMEKAR
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ke-NU-an 1
Dosen Pembimbing : Drs. HM. John Dien Th, SH.M.Pd
Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa : S O L I H I N
NIM : 70910061
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NAHDLATUL ‘ULAMA
PURWAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirahim
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan
karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ke-NU-an 1
yang berjudul Perkembangan NU di Desa Gandamekar ini tepat waktunya.
Shalawat dan shalam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang membawa umatnya dari yang gelap gulita ke arah alam
yang sangat terang benderang, juga kepada keluarga, sahabat, serta semua
pengikutnya yang setia disepanjang zaman.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini penyusun merasa sangat bersyukur
kepada Allah atas kenikmatan yang telah diberikan-Nya, sehingga pada
kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Walaupun banyak
sekali kekurangan yang berada dalam makalah ini namun penulis berusaha
dengan segenap kemampuan untuk memberikan kesan yang sangat berguna
sehingga makalah yang kami susun ini dapat berguna bagi siapa saja yang
membacanya.
Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak sekali
kekurangan sehingga perlu adanya penjelasan lebih lanjut guna memberikan
penjelasan yang lebih kompleks dengan apa yang memang perlu dijelaskan.
Hal ini memang perlu dilakukan demi memberikan pemahaman yang lebih
komfrehensif. Penyusun mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini
banyak sekali kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan guna perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang.
Wallahul Muwafiq Illa Aqwamith Thareqh
Plered, 22 Januari 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Nahdlatul ulama atau yang disingkat NU ini dikenal oleh masyarakat
merupakan organisasi keagamaan yang khususnya agama islam merupakan
organisasi yang rahmatalil alamin serta dianggap sebagai pedoman bagi
semua masyarakat Indonesia pada umumnya khususnya di desa gandamekar,
namun didesa gandamekar NU merupakan organisasi secara cultural, kenapa
demikian karena semua amaliah dan cara peribadahan masyarakat gandamekar
hampir semuanya berpaegang teguh pada paham ahlusunah wal jamaah namun
permasalahannya mereka tidak tahu mengenaiapa itu NU yang sebenarnya
sehingga keyakinan mereka dapat berubah apabila ada golongan lain yang
menghampiri masyarakat gandamekar,
namun demikian semuanya dapat diatasi karena desa gandamekar mulai
terbentuk kepengurusa ranting hasil dari konfercab NU di cikeris,
sehingga oleh pengurus masyarakat dapat dipantau dan dapat diberi
pemahaman Ahlussunah Waljamaah yang di motori NU, karena kenapa Bayak
paham yang menggemborkan ahlusunah tetapi amaliah nya menjauhi
ahlussunah yang di motori oleh NU itu sendiri sehingga perlu kerja
ekstra kepengurusan NU didesa gandamekar itu supaya mendoktrin
masyarakatnya supaya kembali menjalankan faham ahlussunah wal jamaah
yang sebenarnya serta istiqomah kepada ajaran yang dahulu para orang tua
kita membentuknya.
Di makalah ini akan di bahas tuntas permasalahan Nu di desa
gandamekar yaitu lingkungan saya sendiri tentang perkembangan NU di desa
gandamekar serta amaliahnya sehari-hari tentang warga NU di desa
gandamekar.
BAB II
NAHDLATUL ULAMA DAN PERANGKAT ORGANISASI NU
- I. Latar Belakang Lahirnya Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama berdiri di Surabaya pada tanggal 31
Januari 1926 yang dipelopori oleh K.H. Hasyim Asyari bersama dengan
ulama-ulama lain yang berpaham Ahlusunnah Waljama’ah. NU merupakan muara
dari berbagai kegiatan yang sebelumnya telah dilakukan oleh para
pendiri Jam’iyah ini dan upaya pelembagaan tradisi keagamaan yang telah
lama mengakar dikalangan umat Islam Indonesia.
Jauh sebelum lahir sebagai organisasi, NU telah ada dalam bentuk
Jama’ah yang diikat oleh kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang
mempunyai ciri Aswaja. Sehingga munculnya NU sebagai organisasi
merupakan penegasan formal dari apa yang sebenarnya sudah ada
sebelumnya. Pendirian organisasi NU tidak lepas dari adanya kekhawatiran
akan hilangnya tradisi dan ajaran Islam yang telah kuat mengakar di
tengah masyarakat muslim Indonesia, sebagai akibat dari munculnya
gerakan yang mengatasnamakan dirinya sebagai gerakan pemurnian dan
pembaharuan Islam.
Masuknya paham-paham tersebut ke Indonesia bermula ketika umat Islam
Indonesia mulai banyak yang menunaikan ibadah haji ke tanah suci sejak
dibukanya terusan Suez tahun 1869. Bersama dengan itu, di Timur Tengah
sedang berkembang paham Wahabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin
Abdul Wahab dan pemikiran Pan Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin
Al Afghani yang dilanjutkan oleh Muhammad Abduh. Peristiwa itu tidak
bias dihindari oleh para jama’ah haji Indonesia, akhirnya mereka kenal
dengan paham dan pemikiran tersebut, akibatnya sebagian dari mereka
kemudian terpengaruh. Namun demikian tidak semua kalangan menerima paham
pemurnian dan pembaharuan Islam secara bulat-bulat. Sekelompok ulama
pesantren yang pernah juga menunaikan ibadah haji berpendapat bahwa
penegakan ajaran Islam secara murni tidak berarti harus ada perombakan
secara total terhadap adat istiadat atau tradisi umat Islam Indonesia
yang sudah terbangun kokoh. Paham baru tersebut bisa saja diselaraskan
secara luwes dan fleksibel dengan nilai, tradisi dan ajaran Islam yang
telah ada dikalangan masyarakat.
Para ulama mengamati upaya pemurnian dan pembaharuan ajaran Islam itu
dengan penuh waspada, bahkan kadang muncul kecemasan diantara mereka,
sebab tidak mustahil jika hal itu dilakukan secara frontal dan radikal
akan mengguncang masyarakat. Terlebih lagi ternyata upaya itu mulai
mengarah pada pendobrakan tradisi keilmuan yang selama ini yang dianut
oleh para ulama pesantren. Perkembangan inilah yang dinilai sebagai
ancaman terhadap kelestrian paham Ahlusunnah Waljama’ah yang dianut oleh
mayoritas umat Islam Indonesia. Oleh karena itu, mereka berupaya
membendung derasnya arus gerakan tersebut dengan mendirikan organisasi
Nahdlatul Ulama. Disamping alasan keagamaan, pembentukan NU juga tidak
lepas dari alasan politis, yakni pemupukan semangat nasionalisme di
tengah bangsa yang sedang ditekan oleh kaum penjajah Belanda. Sejarah
membuktikan bahwa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda tidak
hanya mambawa dampak yang bersifat politis tetapi juga kegamaan. Oleh
karena itu muncul perlawanan yang dipimpin oleh para ulama seperti
munculnya pangeran Diponegoro yang berperang melawan penjajah Hindia
Belanda pada tahun 1925-1930, Tuanku Imam Bonjol yang menggelorakan
perang Paderi pada tahun 1821-1837 dan masih banyak lagi gerakan yang
muncul dari kalangan ulama. Ketika pola perlawanan terhadap penjajah
Hindia Belanda pada abad XX bergeser dari perjuangan lokal menjadi
pergerakan nasional, para ulama tidak mau ketinggalan. Sepuluh tahun
sebelum NU berdiri, KH. Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan
Tanah Air), suatu gerakan yang berusaha menumbuhkan rasa nasionalisme
melalui pendidikan. Organisasi ini merupakan bentuk nyata dari forum
diskusi Taswirul Afkar (Konsepsi Pendidikan) yang sebenarnya
merupakan upaya untuk mengantisipasi perkembangan paham pemurnian dan
pembaruan Islam yang bisa membahayakan keberadaan paham Ahlusunnah
Waljama’ah. Dalam perkembangannya Nahdlatul Wathan menjelma
menjadi dapur pemikir lahirnya NU (Zubaidi dkk. 2003: 2). Berdirinya NU
di Kudus dapat dikatakan bersamaan dengan berdirinya NU ditingkat
nasional pada tahun 1926. hal ini tidak lepas dari peranan salah satu
tokoh pendiri NU ditingkat nasional yang berasal dari Kudus yaitu K.H
Raden Asnawi.
- II. Perangkat Organisasi NU
Perangkat organisasi NU terdiri dari:
A. Lembaga
Lembaga adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu.
Lembaga dalam organisasi NU ada 14, yaitu:
- Lembaga Dakwah NU disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlusunnah Waljama’ah.
- Lembaga Pendidikan Ma’arif NU disingkat LP. Ma’arif NU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pendidikan dan pengajaran formal.
- Rabithah Ma’ahid al Islamiyah disingkat RMI, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan pondok pesantren.
- Lembaga Perekonomian NU disingkat LPNU bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan ekonomi warga NU.
- Lembaga Pengembangan Pertanian NU disingkat LP2NU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi kalautan.
- Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU disingkat LKKNU, bertugas melaksanakan kebijkan NU dibidang kesejahteraan keluarga, social dan kependudukan.
- Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia disingkat LAKPESDAM, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengkajian dan pengembangan sumberdaya manusia.
- Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum disingkat LPBHNU, bertugas melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan hukum.
- Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia disingkat LESBUMI, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan seni budaya.
10. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU disingkat LAZISNU,
bertugas menghimpun, mengelola dan membagikan zakat, infaq dan shadaqah.
11. Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU disingkat LWPNU, bertugas
mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta harta
benda wakaf lainnya milik NU.
12. Lembaga Bahzul Masail disingkat LBM, bertugas membahas dan
memecahkan masalah-masalah yang tematik dan aktual yang memerlukan
kepastian hukum.
13. Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia disingkat LTMI, bertugas
melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan dan pemberdayaan Masjid.
14. Lembaga Pelayanan Kesehatan NU disingkat LPKNU, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang kesehatan.
B. Lajnah
Lajnah adalah perangkat organisasi NU untuk melaksanakan program NU
yang memerlukan penanganan khusus. Lajnah dalam NU terdiri dari:
- Lajnah Falakiyah, bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah serta pengembangan ilmu falak.
- Lajnah Ta’lif Wan Nasyr, bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab atau buku serta media iformasi menurut faham Ahlusunnah Waljama’ah.
c. Badan Otonom.
Badan otonom NU adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi
melaksanakan kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat
tertentu dan beranggotakan perorangan.
Dalam organisasi NU terdiri dari 10 badan otonom:
- Jam’iyah Ahli Thariqoh Al Mu’tabaroh An Bahdliyyah, adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pengikut tharekat yang Mu’tabaroh dilingkungan NU serta membina dan mengembangkan seni hadrah.
- Jam’iyyah Qurra wal Huffazh adalah badan otonom yang berfungsi melaksanakan kebijakan NU pada kelompok Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah di lingkungan NU.
- Muslimat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada anggota perempuan NU.
- Fatayat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada anggota perempuan muda NU.
- Gerakan Pemuda Ansor disingkat GP Ansor adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada anggota pemuda NU.
- Ikatan Pelajar NU disingkat IPNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pelajar laki-laki dan santri laki-laki.
- Ikatan Pelajar Putri NU disingkat IPPNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pelajar perempuan dan santri perempuan.
- Ikatan Sarjana NU disingkat ISNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada kelompok sarjana dan kaum intelektual dikalangan NU.
- Sarikat Buruh Muslim Indonesia disingkat SARBUMUSI adalah badan otonom yang berfungsi melaksanakan kebijakan NU dibidang kesejahteraan dan pengembangan ketenagakerjaan.
10. Pagar Nusa adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pengembangan seni bela diri.
BAB III
NAHDLATUL ULAMA DI DESA GANDAMEKAR DAN PERKEMBANGANNYA
I. Pandangan masyarakat desa gandamekar tentang NU
Masyarakat desa pada umumnya hampir 100 % berfaham ahlussunah wal
jama’ah ( Aswaja ) karena mereka yakin satu-satunya organisasi keagamaan
yang mereka anggap akan membawa keselamatan dunia dan akhirat yaitu
yang berfaham aswaja yang dimotori Nahdlatul ulama ( NU ), namun
demikian masyarakat desa tidak mengetahui secara keseluruhan apa itu NU
yang sebenarnya, dan mereka mengetahui NU dari ketururunannya atau
secara cultural, namun secara amaliah dan peribadahan justru mereka
mengunakan NU secara baik dan benar, akan tetapi kelemahannya apabila
ada golongan lain yang masuk kepada mereka tetapi ke NUan nya lemah
mereka seringkali mengikuti ajaran tersebut, berbeda dengan yang ke
NUanya kental dari keturunannya mereka sangat tidak mudah terpengaruh
oleh ajaran yang baru, untuk itu di desa gandamekar perlu adanya
perhatian khusus dari NU structural untuk memberikan pemahaman apa itu
NU yang sebenarnya supaya mereka lebih bagus dalam menghadapi tantangan
jaman yang kian hari kian banyak godaannya.
Dengan diberi pengertian dan arahan secara dasar melalui rutinan dan
pada hari besar islam, maka insya alloh masyarakat akan paham tentang NU
yang sebenarnya, di desa gandamekar terbagi dalam 4 kampung yaitu
kampung ciserang yaitu inti dari pusat desa, karena kantor kepala
desanya ada di kampung ciserang yang berbatasan dengan desa
cibogogirang, berikutnya yaitu kampung babakan sawah wetan yaitu babakan
sawah yang disebut dareah masjid al-mirak, selanjutnya babakan sawah
tengah yang terkenal dengan kampong gujrud, yang terakhir yaitu kampong
saya sendiri yaitu kampong babakan sawah kulon yang disebut kampong
babakan sawah pusat.
Namun demikian dikampung babakan sawah pusat ini ada 2 pengajian
anak-anak mulai dari MI, SD, MTs, SMP,MA, Dan SMK, Yaitu pengajian
disebelah selatan majlis taklim Raudatissholihah, dan di sebelah barat
yaitu majlis ta’lim Miftahussa’adah, dahulunya ada banyak yang membuka
pengajian namun dari tahun ke tahun mulai berkurang santrinya sehingga
berkat ke tidak sabaran sang Ustad pengajian itu pun bubar,
mudah-mudahan pengajian yang 2 ini bertahan hingga akhir jaman dan terus
menyebarkan paham ahlussunah wal jam’aah, tidak diragukan lagi pimpinan
majlis ta’lim raudatussholehah AL-Ustad Nana, S.Ag ini adalah alumni
pondok pesantren di bandung dan lulusan Institut Agama Islam Negeri (
IAIN ) Sunan Gunung Djati Sekarang UIN, dan yang satunya lagi yaitu ustd
Iing Solihin alumni pondok pesantren Salafussholeh Purwakarta dan
sekarang belajar di STAI-NU Purwakarta, dan mengajar di MTs. Ma’arif 1
Plered di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU ( LP.MA’ARIF NU ) PC.
Purwakarta.
Notabenya dari NU maka yang diajarkan atau yang diterapkan pengajaran
kepada santri yang sebagai generasi masa depan tiada lain yaitu
Ahlussunah Wal Jama’ah dan Ke-NU-an, mudah-mudahan NU di lingkungan
gandamekar dapat berkembang dan semakin kuat tidak ada hambatan atau
tekanan dari pihak luar, bila mana ada pihak luar menyebarkan ajaran
keagamaan luar dari NU kami sebagai Guru Ngaji yang bergabung Dengan
FSGN ( Forum Silatirahmi Guru Ngaji ) akan mengusir orang yang
menyebarkan agama atau paham selain NU.
II. Organisasi
Karena NU Keberadaanya sangat penting sekali untuk menjaga dan untuk
mengidupkan aswaja maka desa gandamekar perlu adanya kepengurusan yang
bagus, perwakilan dari desa gandamekar dalam konfercab ke VII dicikeris
kec. Bojong maka NU di desa ganda mekar mempuyai NU secara Setruktural,
dan NU secara setruktural mulai mengetahui NU Setruktural dari mulai
kepengurusan Cabang ( PC.) dan kepengurusan MWC ( Majlis Wakil Cabang )
serta kepengurusan desanya di sebur pengurus Ranting.
II.1 Kepengurusan Cabang ( PCNU ) Purwakarta
Hasil konfercab di cikeris dapat disimpulkan pengurus cabang yaitu
KH. Adang Badrudin sebagai Rois Suriyah serta KH. John Dien, Th, SH,M.Pd
dan ketua PCNU kabupaten Purwakarta Yaitu Drs. H.Natsir Sa’ady yang
dahulu ketua Kandepag Purwakarta.
II.2 Kepengurusan Majlis Wakil Cabang ( MWC ) Plered
Yang saya ketahui pengurus MWC Kec. Plered yang alamat kantornya di
Gg. Coklat Warung Kandang Plered, Ketua MWC sekarang Yaitu H. Dadang
Zaenal Muttaqien, S.Ag, yang kepala KUA Kec. Tegalwaru serta sebagai
Pengurus LP. Ma’arif NU PC.Purwakarta, dan mempunyai Lembaga pendidikan
di daerah plered yang tujuannya untuk memghidupkan Aswaja dan Ke-NU-an
beliau mendirikan Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Ma’arif 1 Plered sekaligus
sebagai kepala Madrasahnya, sekertarisnya Asep Saepuloh, S.Ag,M.Si
II.3 Kepengurusan Ranting Desa Gandamekar
Pengurus ranting NU desa gandamekar merupakan suatu tokoh di desa
gandamekar yang sangat religius beliau lahir di Kp. Rawa Gede Desa
Rawasari Kec.Plered Putra H. Ali Nawawi Bin KH. Dumyati Bin KH. Fattah
beliau bernama H. Syariful Kudus beliau merupakan NU Tulen karna dari
keturunan yang sangat faham tentang NU itu sendiri sehingga beliau
berani membela dan mewakafkan dirinya untuk NU, Beliau sempat menjadi
Anggota BPD ( Badan permusywatan Desa ).
Kepengurusan NU didesa mulai dibentuk sejak tahun 2004 secar
setruktural atas mandat dari pengurus Majlis Cabang ( MWC ) Kec. Plered,
pengurus NU didesa gandamekar sering kali memberikan ijin ( Rekomendasi
) untuk pembangunan masjid serta perayaan hari besar Islam diantaranya
maulid nabi Bersar Muhammad SAW, isra mi’raj Bersar Muhammad SAW, tahun
baru Hijriyah, dll.
III. Perkembangan NU Didesa Gandamekar
NU didesa gandamekar sekarang ini sudah dikatagorikan sudah
berkembang dalam segi Setrukturalnya namun belum mempunyai banom
pengurus ranting diantaranya GP. Ansor dan IPNU, IPPNU mudah
mudah-mudahan untuk kedepannya NU di desa gandamekar pemudanya mulai
mengenal GP. Ansor serta IPNU,IPPNU supanya sejak dini anak-anak di desa
gandamekar sudah paham apa itu NU dan di NU Itu mempunyai banom,
sehingga hidup mereka mulai mempunyai arah dan pembinaan.
Dengan demikian WARGA masyarakat dapat mengamalkan aswaja, cara
perpikirnya berpikir aswaja, pandangan politiknya berpandangan aswaja,
serta sikap masyarakatnya kuat pada aswaja dan menjalankan dan tidak
dapat terpengaruh oleh ajaran baru yang tujuannya untuk membumi
hanguskan aswaja.
III.1 Sikap kemasyarakatan Warga NU Desa
Sikap masyarakat warga NU terhadap NU sangat antusias dan mereka
bangga dengan dirinya karena dari mulai lahir serta dewasa berada dalam
zona NU, dan mereka berkeyakinan dengan mereka NU akan membawanya
selamat di dunia dan akhirat, masyarakat NU didesa gandamekar mulai tahu
apa itu NU yang sebenarnya dan mereka dapatkan dari pengajian rutinan
bagi bapak-bapak dan ibu-ibu serta anak-anak mendapatkan penjelasan NU
dari pendidikan Formal berbasis aswajayang berada di sebelah timur desa
yaitu MTs. Ma’arif 1 Plered dan MI. yang kepala sekolahnya merangkap
mengajar di MTs Ma’arif itu sendiri sehingga dapat memberikan pemahaman
kepada anak-anak desa gandamekar supaya tidak ada alasan untuk tidak
mengetahui, menjalankan faham ahlussunah wal jama’ah yang dimotori oleh
NU itu sendiri.
III.2 Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa
Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa meliputi Ukhuwah islamiyah
mereka, sikap politik warga nu desa, dan pengamalan Aswaja oleh
masyarakat desa gandamekar, sehingga dengan demikian NU di desa
gandamekar berkembang dan dapat kemajuan yang signifikan.
III.2.1 Ukhuwah
Ukhuwah islamiyah didesa gandamekar sangat terasa diantaranya
bergotong royong dalam segala hal baik dalam kegiatan peribadi contohya
warga masyarakat satu akan mengadakan suatu syukuran maka masyarakat
yang lain membantu supaya terselengaranya dan suksesnya kegiatan
tersebut ataupun dalam kegiatan umum contohnya pembangunan sarana
peribadahan, kegiatan Hari besar islam mereka sangat antusias belum
pernah ketinggalan dalam masalah fastabiqul khairat.
Sering sekali mengadakan rutinan sehingga tali persaudaraan sesama
tetangga sangat terjaga, setiap sore apalagi bulan suci ramadhan acara
ngabuburit di rumah warga sampai dengan buka bersama itu terjadi.
III.2.2 Pandangan Politik
Pandangan politik wargan NU desa gandamekar tidak sama ratanya atau
tidak kompak yang mereka pikirkan asal partai tersebut islam apalagi
islammnya berfaham Ahlussunah wal jamaa’ah maka mereka akan memilihnya,
hasil pemilihan umum tahun 2009 sebagian besar warga NU desa gandamekar
memilih partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) Serta Partai Kebangkitan
Bangsa ( PKB ) karena mereka mengganggap partai tersebutlah yang
mempunyai faham sawaja dank ke NU-an apalagi kalau sekarang masih ada
partai NU maka mereka warga NU akan memilihnya.
III.2.3 Pengamalan Aswaja
Warga NU masyarakat Desa Gandamekar hampirsemua kampung melaksanakan
aswajanya baik dalam cara peribadahannya, sikapnya ( Tingkah lakunya )
diataranya dari mulai dalam kandungan ibu sebelum lahir bayi sering
diadakan syukuran bulanannya sampai bayi itu lahir mereka mengadakan
syukuran dengan merhabaan, pada peribadahan nya solat mereka cendung
melaksanakan apa yang harus dilaksanakan sebagai warga NU diantaranya
kalu solat subuh itu memakai kunut serta pada setiap solat pardu mereka
tidak langsung pulang melainkan wiridan sampai selesai, mereka pun tidak
mau ketinggalan apabila sudah datangnya perayaan maulid nabi besar
Muhammad SAW Dan isra Mi’raj nabi besar Muhammad SAW mereka selalu
memeriahkannya, baik dari kalangan pemuda sampai dengan orang tua atau
bahkan sampaui anak-anak sekalipun, disetiap masjid, tempat pengajian
dan pemuda desa gandamekar.
Pada hari jum’at sebelum masyarakat bagi kaum laki-laki selalu
mengadakan jumsih ( jum’at bersih-bersih) diataranya membersihkan jalan,
makam, serta tempat ibadah, pada pelaksanaan jum’atan warga NU desa
gandamekar melakukan peribadahan sesuai yang diajarkan faham ahlussunah
wal jama’ah, dan setelah selesai jumatan tidak dulu pulang melainkan
wiridan sampai pembacaan ila hilas, dan setelah pulang kerumahnya mereka
mengadakan ziarah kubur pada makam-makam keluarganya yang telah
meninggal mendahului mereka.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang didirikan
di Surabaya oleh para tokoh yang berhaluan Ahlusunnah Waljama’ah,
diantara para pendirinya adalah K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahab
Hasbullah dan K.H.R. Asnawi dari Kudus yang merupakan tokoh pendiri NU
di Kudus. Penyebaran Ahlusunnah Waljama’ah bertujuan untuk mengembangkan
perjuangan dalam peningkatan ibadah, pendidikan, ekonomi, sosial , NU
di Purwakarta sudah terbentuk bahkan sudah mempunyai kepengurusan MWC di
tingkat kecamatan dan bahkan sebagian pengurus ranting sudah ada
termasuk kepengurusan di Desa Gandamekar tempat saya bertempat tinggal
apalagi terbentuknya FSGN semakin menguatkan dan memperkokoh pemahaman
masyarakat desa tentang aswaja dan Ke-NU-an, di desa gandamekar
masyarakatnya sudah mengenal NU tapi secara cultural akan tetapi dari
tahun ketahun mengalami kemajuan ditambah dengan ustad yang ada di desa
tersebut notabenya dari NU dan bahkan mengenyam pendidikanya di STAI-NU
Purwakarta sehingga warga desa ganda mekar akan tahu makna NU yang
sebenarnya dan dan pengamalan Aswaja di desa gandamekar tersebut.