Masyarakat priangan timur khususnya kalangan akademisi pesantren
pasti tidak asing dengan nama KH Khoer Affandi. Beliau adalah pendiri
Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Pesantren Miftahul Huda termasuk pesantren yang besar, ribuan alumninya
tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Banyak santri alumninya yang
mendirikan pesantren cabang Miftahul Huda di daerahnya masing-masing.
Hal ini sesuai dengan cita-cita Uwa Ajengan, yaitu mendirikan seribuan
pesantren di Indonesia.
KH Khoer Affandi memiliki nama kecil Onong Husen. Beliau lahir pada
tanggal 12 September 1923 di Desa Cigugur, Ciamis. Ayah beliau bernama
Raden Mas Abdullah bin Hasan Ruba’i yang masih mempunyai keturunan dari
Raja Mataram. Ibu beliau bernama Siti Aminah binti Marhalan yang
mempunyai keturunan dari Wali Godog Garut. Jadi dalam darah KH Khoer
Affandi mengalir darah kebangsawanan dan darah ulama.
Uwa Ajengan Khoer Affandi mendalami ilmu agama di beberapa pesantren di Jawa. Beliau belajar Ilmu Tauhid
dari Pesantren Cipancar, Cigugur, Ciamis dan dari KH Abdul Hamid,
Pangkalan Langkap Lancar Ciamis. Beliau belajar ilmu alat di beberapa
pesantren di Singaparna. Ruhul Jihad dari KH Zaenal Musthofa,
Singaparna. Ilmu Tafsir dan Asmaul Husna dari KH Ahmad Sanusi, Gunung
Puyuh Sukabumi. Ilmu suluk/ falak dari KH Tuan Manshur, Jakarta Jarat.
Ilmu Waris dari KH Mahfudz, Babakan Tipar Sukabumi. Ilmu Qur’an dan
Tajwid belajar dari ulama daerah Cigeureung, Tasikmalaya.
Saat belajar di Gunung Puyuh Sukabumi, KH Khoer Affandi menerima
ilham nama pesantren wanasuka. Beliau mendirikan Pesantren Wanasuka di
kampung Cigugur Ciamis. Karena ada pergolakan perjuangan menyebabkan
Pesantren Wanasuka tidak bisa dilanjutkan. Kemudian beliau mendirikan
lagi pesantren di kampung Cisitukaler Desa pasirpanjang dengan nama
Pesantren Gombongsari. Seiring berjalannya waktu, jumlah santri terus
bertambah sementara Pesantren Gombongsari tidak memungkinkan untuk
diperluas.
Atas dukungan masyarakat, akhirnya lokasi pesantren di pindah ke
Manonjaya. Di sinilah Pondok Pesantren Miftahul Huda dibangun di atas
tanah waqaf seorang aghniya Manonjaya. Secara harfiah, Miftahul Huda
berarti “kunci petunjuk”, menggambarkan agar pondok pesantren ini dapat
mencetak orang-orang sholeh (Ulamaul ‘Amilin, Imamal Muttaqin dan
Muttaqin).
KH Khoer Affandiy meninggal dunia pada tanggal 26 November 1994.
Sepeninggal KH Khoer Affandi, Pesantren Miftahul Huda dikelola oleh para
putra, mantu dan cucu-cucu beliau.
Amanat Uwa Ajengan Khoer Affandi
- Sholat awal waktu berjama’ah
- Jangan berhenti mencari ilmu
- Jangan terjun ke dunia politik
- Jangan berhenti mencari teman
- Pertahankan aqidah ahlussunnah wal jama’ah
- Lamun hayang maju ulah euren mikir – Kalau mau maju jangan berhenti berfikir
- Lamun hayang maju kudu daek cape – Kalau mau maju harus mau capek
- Ulah embung di sebut bodo – Jangan tidak mau disebut bodoh
- Ulah embung di sebut sahandapeun – Jangan tidak mau disebut lebih bawah (pangkat, usia, umur dll)
- Sagala anu tumiba kadiri gara-gara diri – Segala yang terjadi pada diri kita adalah karena kita
- Ubar diri aya di diri – Obat hati ada di hati
- Owoh nu nyaah kana diri kajaba anu boga diri – Tak ada yang sayang sama diri kita kecuali kita sendiri
- Harga diri kumaha diri – Harga diri itu tergantung bagaimana diri
- Ari ngitung kudu tihiji, ulah hayang ujung ujung angka salapan – Jika berhitung harus dimulai dari angka satu, jangan tiba-tiba maunya langsung angka sembilan
- Mun nyien pondasi tong sok waka mikiran kenteng – Kalau membuat pondasi rumah jangan pikirkan dulu masalah genteng nya
- Senajan teu lumpat tapi ulah cicing – Walaupun tidak berlari tapi janganlah berhenti
- Sagede-gedena jalan syare’at, ulah matak ngurangan tawakal ka Alloh – Sebesar-besarnya jalan syari’at, jangan sampai mengurangi tawakal kepada Allah swt.
- Tong leumpang dina hayang, tong cicing dina embung, tapi kudu leumpang dina kudu, kudu euren dina ulah – Jangan berjalan selagi mau, jangan diam selagi enggan. Tapi berjalanlah karena harus, dan harus berhenti karena larangan
- Tong lesot hate tina eling ka Alloh dina kaayaan kumaha wae, sedih, susah jeung bungah – Jangan sampai melupakan Allah swt dalam keadaan apapun sedih, susah, senang
- Sarebu sobat saeutik teuing,hiji musuh loba teuing – Seribu teman terlalu sedikit, tapi satu musuh itu terlalu banyak