Pada zaman perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat
seperti saat ini membuat siapa pun mudah mengakses informasi, termasuk
belajar agama lewat media sosial dan internet. Namun, umat Islam
dituntut tetap belajar agama kepada ahlinya sehingga dapat memahami ilmu
agama dengan baik dan benar.
Termasuk belajar
Al-Qur’an dan Hadits. Tanpa bimbingan seorang kiai atau ulama, ayat-ayat
berpotensi dipahami secara keliru karena tidak menggunakan ilmu. Untuk
memahami Al-Qur’an dan Hadits dengan baik, di pesantren lebih dahulu
belajar ilmu tata bahasa Arab, ulumul Qur’an, ulumul hadits, ilmu
tafsir, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya.
Pentingnya
terus melekat pada ajaran seorang kiai bagi umat Islam ditegaskan
Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor KH M. Luqman Hakim.
“Jangan jauhkan umat Islam dari para kiainya,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Selasa (30/10) lewat twitternya.
Ia
menekankan pentingnya seorang kiai karena selama 20 tahun terkahir ada
upaya menjauhkan santri (murid) dengan kiainya melalui jargon kembali
kepada Al-Qur’an dan Hadits.
“Dalam 20 tahun
terakhir, gerakan memisahkan santri dengan kiai lewat jargon kembali ke
Qur'an dan Hadits secara dangkal dan bahkan cenderung menyesatkan telah
terjadi,” ungkap Kiai Luqman.
“Apalagi ustadz seleb yang dijadikan idol. Gawat bagi masa depan umat,” tandas Direktur Sufi Center Jakarta ini. (Fathoni)
http://www.nu.or.id/post/read/98284/kh-luqman-hakim-ungkap-di-balik-jargon-kembali-ke-al-quran-dan-hadits