Oleh: KH. A. Muchith
Muzadi
Para
Hadirin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Islam
menempatkan bakti kepada orang tua sebagai kewajiban nomor dua, setelah Allah
SWT. oleh karena kitu, sejak dini harus kita tanamkan pada diri kita.
Birrul
walidain, artinya: bersikap baik terhadap dua orang tua (ayah dan ibu). Sikap
yang dibuktikan dengan tingkah laku perbuatan yang baik.
Islam
menempatkan birrul walidain ini sebagai kewajiban dengan urutan nomor dua
sesudah beribadah kepada Allah dan sebaliknya menempatkan ‘uququl
walidain sebagai larangan dengan
ururtan nomor dua sesudah syirk (menyekutukan Allah). Alangkah penting dan
gawatnya urusan orang tua di dalam ajaran Islam.
Allah
berfirman:
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
“sembahlah
olehmu kalian Allah dan jangan sekutukan sesuatu apapun dengan Dia! Dan
bersikap baik kamu kalian kepada dua orang tua dengan siakp baik yang
sesungguhnya”(An-Nisak : 36)
Rasulullah
SAW bersabda :
“Rasulullah
SAW bertanya : “apakah aku (perlu) memberitahukan kalian tentang sebesar dosa
besar?. Diulang tiga kali, maka bumi menjawab : “benar, ya Rasulullah!” beliau
bersabda: “menyekutukan Allah (syirk), bersiakp tidak baik terhadap
kedua orang tua (uququl walidain = menyakitkan hatri orang tua ). “ketika itu
beliau bertongkat lalu duduk dan bersabda (lagi) : “(juga) berkata palsua dan
memberikan keaksian palsu”. Beliau terus mengulang ulangnya sehingga kami
berkata: “semoga beliau berhenti bersabda.” (HR Bukhari dan Muslim, dari
sahabat Abu Bakar).
Pada
umumnya, birrul walidain hanya kita anggap sebagai kewajiban keagamaan ukhrawi
yang akan mendapat balasan pahala besar bagi para pelakunya dan akan mendapat
siksa yang pedih bagi yang bersikap sebaliknya (uququl walidain).
Para
Hadirin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Pandangan
yang demikian ini, sepenuhnya adalah benar. Pemeluk Islam seharusnya pertama
kali menilai segala sesuatu dari sudut ukhrawinya. Melakukan shalat umpamanya,
pertama kali harus kita pandang sebagai kewajiban yang ditetapkan oleh Allah
dengan sangsi ukhrawi, tidak harus dipertimbangkan dahulu untung rugi duniawi
bagi pelakunya. Membayar zakat umpamanya, pertama kali harus kita pandang
sebagai kewajiban ukhrawi sebelum kita memikirkan manfaatnya bagi kepentingan
duniawi.
Namun,
juga sama sekali tidak salah, kalau kita memikirkan manfaat dari segala macam
kewajiban yang ditetapkan oleh Allah SWT. bukan karena meragukanya, tetapi
justru didorong oleh keyakinan bahwa segala yang diwajibkan oleh Allah SWT tentu
besar manfaatnya bagi yang bersedia melakukanya. Bukan saja manfaat ukhrawi,
tetapi juga manfaat duniawi, manfaat bagi kehidupan di dunia ini.
Banyak
perintah di dalam Al Qur’an dan Al Hadist, supaya kita beriman, taat dan
berfikir. Beriman artinya memiliki keyakinan mutlak, teguh dan benar. Taat
artinya : patuh melaksanakan perintah berdasar iman. Berfikir artinya:
mengembangkan pikiran supaya dapat melaksanakan kepatuhan dengan lebih mantap
dan sempurna.
Para
Hadirin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Pada
dasarnya, setiap orang yang normal memiliki kecenderungan untuk bersikap baik
terhadap orang tuanya (birrul walidain). Naluri dan akal sehat manusia
selalu mengarah demeikian, sama dengan adanya kecenderungan pada setiap orang
mencintai anaknya, berani bersuasah payah dan berkorban untuk kepentingan
anaknya.
Dua
macam kecenderuangan timbal balik ini merupakan tanda bukti kemahabijaksanaan
dan kemahabesaran Allah SWT. bayangkan, seandainya tidak ada lagi manusia yang
cinta anak dan tidak ada lagi anak yang bersikap baik terhadap orang tua!
Kalau
dalam satu masyarakat, yang besar tidak mengasihi yang kecil dan yang kecil
tidak menghormati yang besar, maka apalah jadinya! Apalagi, kalau yang besar itu
orang tuanya dan yang kecil itu anaknya. Rasulullah SAW bersabda:
“tidak
termasuk golonganku (yang baik), orang yang mengasihi “yang kecil” dan tidak
menghormati “yang besar”.
Kasih
sayang orang tua (ayah ibu) kepada anak dan sebaliknya hormat anak kepada ayah
ibunya adalah dua tali bagi manusia untuk tetap pada martabat
kemanusiaanya.
Kewajiban kita adalah memelihara dan mengembangkan rahmat dan
karunia Allah SWT ini dengan penuh kesuguhan dan keseksamaan. Bersyukurlah kita,
dengan memanfaatkan rahmat menurut ajaran Allah pemberi rahmat.
Para
Hadirin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Pertumbuhan
dan perkembangan bibit kecenderungan tersebut tidak selalu sesuai dengan
keinginan kita. Adakalanya terganggu, terhambat, terhalang atau menyimpang.
Gejala terganggunya birrul walidain tampak pada anak, tetapi tidak terlalu
selalu penyebab utamanya terletak pada anak saja. Mungkin saja masyarakat dan
lingkungan ikut menjadi penyebab anak tidak bersikap baik terhadap
or